Foto 1 bekraf.go.id - Foto 2 Lusiana Limono - Kompas/Dahlia Irawati (repro edpard)
Saturday, April 15, 2017
Pengusaha Inspiratif LUSIANA LIMONO
Sunday, October 13, 2013
HASIL KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA
1. Demokrasi Berkebudayaan dan Budaya Berdemokrasi
Penerapan demokrasi lebih mengedepankan individualisme tanpa diimbangi dengan kapasitas individual dalam pengelolaan pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal pelaksanaan otonomi daerah yang tidak sesuai dengan hakikatnya telah mengakibatkan menguatnya lokalitas yang cenderung mengganggu keindonesiaan yang kita cita-citakan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Demokrasi yang mencerminkan kebudayaan sebagai mainstream pembangunan keindonesiaan belum tampak jelas ditunjukkan ke dalam perilaku budaya berdemokrasi. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya yang digali dan dikembangkan dari lokalitas tertentu pada prinsipnya dapat dimanfaatkan untuk perkuatan demokrasi. Penggalian dan pengungkapan kearifan lokal dilakukan dalam konteks sejarah lokal atau daerah dengan perspektif keindonesiaan. Sementara itu pemanfaatan dan penerapannya ke dalam demokrasi harus bertumpu pada landasan konstitusi dan realitas kekinian.
2. Warisan dan Pewarisan Budaya
Pewarisan kebudayaan merupakan dasar bagi pengembangan kebudayaan dan tumbuhnya peradapan. Melalui proses pewarisan itulah capaian-capaian dan kemajemukan kebudayaan yang telah dihasilkan oleh suatu generasi, dapat dimiliki dan dikembangkan lebih lanjut oleh generasi-generasi selanjutnya. Muncul akulturasi kemajuan kebudayaan yang ketika diwariskan dari generasi ke generasi kemudian menjadi jati diri yang kokoh dari pemilik kebudayaan.
Ketika suatu kebudayaan semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar, proses pewarisan kebudayaan dan unsur-unsur budaya yang diwariskan akan mengalami proses perubahan. Proses pewarisan menuntut adanya proses seleksi, adopsi, dan adaptasi unsur-unsur budaya dari luar sehingga unsur budaya asing dapat diterima dan diadopsi dalam sistem budaya yang ada. Disinilah terjadi pertemuan kebudayaan yang melibatkan proses glokalisasi dan menghasilkan pola-pola kebudayaan yang baru.
Keberagaman budaya tradisi yang diwariskan di seluruh wilayah Indonesia mendapatkan ruang pertumbuhannya secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi bagi pembangunan kebudayaan Indonesia. Interaksi warisan tradisi local dan kebudayaan Indonesia yang setara akan membangun keindonesiaan yang lebih tangguh menghadapi tantangan dalam menggapai masa depan yang bermartabat. Interaksi dan pewarisan budaya tradisi memerlukan ruang khusus di semua bentuk media (khususnya televise budaya) yang actual dalam kehidupan masyarakat.
3. Diplomasi Budaya
Kebudayaan Indonesia telah memasuki lingkup dunia internasional tanpa batas Hal ini menuntut adanya kemampuan untuk mengembangkan diplomasi dalam bidang kebudayaan, baik ke dalam maupun keluar dengan cara yang lebih strategis, sistematis, dan terencana. Sehubungan dengan hal itu, diperlukan peran semua pihak yang lebih aktif, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
4. Pengelolaan Budaya
Kebudayaan tidak perlu dikelola dari luar, karena pada dasarnya kebudayaan dapat mengelola dirinya sendiri. Pengeloaan baru diperlukan dalam hubungannya dengan pembentukan keindonesiaan sesuai dengan semangat zaman.
5. Sumberdaya Kebudayaan
Indonesia memiliki sumberdaya kebudayaan ,baik tangible maupun intangible yang sangat beragam. Pada masa kini dan di masa depan kebudayaan akan sangat dipengarui oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi muda sebagai pemangku kebudayaan di masa depan dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan keragaman sumberdaya kebudayaan untuk pembentukan keindonesiaan.
REKOMENDASI
1. Menciptakan kehidupan demokrasi yang berwawasan budaya melalui pengungkapan kearifan lokal yang relevan.
2. Pendidikan baik formal maupun non formal harus lebih mampu berperan dalam pewarisan kebudayaan Indonesia dengan memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana.
3. Menyusun Grand Design Diplomasi Kebudayaan yang dapat menciptakan keindonesiaan yang unggul dan kompetitf.
4. Menciptakan sistem pengelolaan kebudayan yang terencana, terintegrasi, dan terkoordinasi serta menguatkan peran segenap pemangku kebudayaan.
5. Menyiapkan generasi muda yang mampu menjadikan sumber daya kebudayaan untuk pembentukan keindonesiaan yang bermartabat dan mengembangkan sumberdaya kebudayaan secara berkelanjutan.
Yogyakarta, 10 Oktober 2013
Tim Perumus:
1. Mukhlis PaEni (Ketua)
2. Nunus Supardi
3. Pudentia MPSS
4. Heddy Shri Ahimsa Putra
5. Susanto Zuhdi
6. DendySugono
7. Jabatin Bangun
8. Anhar Gonggong
9. Luluk Sumiarso
10. EkaBudianta
11. Gufron Ibrahim
Penerapan demokrasi lebih mengedepankan individualisme tanpa diimbangi dengan kapasitas individual dalam pengelolaan pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal pelaksanaan otonomi daerah yang tidak sesuai dengan hakikatnya telah mengakibatkan menguatnya lokalitas yang cenderung mengganggu keindonesiaan yang kita cita-citakan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Demokrasi yang mencerminkan kebudayaan sebagai mainstream pembangunan keindonesiaan belum tampak jelas ditunjukkan ke dalam perilaku budaya berdemokrasi. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya yang digali dan dikembangkan dari lokalitas tertentu pada prinsipnya dapat dimanfaatkan untuk perkuatan demokrasi. Penggalian dan pengungkapan kearifan lokal dilakukan dalam konteks sejarah lokal atau daerah dengan perspektif keindonesiaan. Sementara itu pemanfaatan dan penerapannya ke dalam demokrasi harus bertumpu pada landasan konstitusi dan realitas kekinian.
2. Warisan dan Pewarisan Budaya
Pewarisan kebudayaan merupakan dasar bagi pengembangan kebudayaan dan tumbuhnya peradapan. Melalui proses pewarisan itulah capaian-capaian dan kemajemukan kebudayaan yang telah dihasilkan oleh suatu generasi, dapat dimiliki dan dikembangkan lebih lanjut oleh generasi-generasi selanjutnya. Muncul akulturasi kemajuan kebudayaan yang ketika diwariskan dari generasi ke generasi kemudian menjadi jati diri yang kokoh dari pemilik kebudayaan.
Ketika suatu kebudayaan semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar, proses pewarisan kebudayaan dan unsur-unsur budaya yang diwariskan akan mengalami proses perubahan. Proses pewarisan menuntut adanya proses seleksi, adopsi, dan adaptasi unsur-unsur budaya dari luar sehingga unsur budaya asing dapat diterima dan diadopsi dalam sistem budaya yang ada. Disinilah terjadi pertemuan kebudayaan yang melibatkan proses glokalisasi dan menghasilkan pola-pola kebudayaan yang baru.
Keberagaman budaya tradisi yang diwariskan di seluruh wilayah Indonesia mendapatkan ruang pertumbuhannya secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi bagi pembangunan kebudayaan Indonesia. Interaksi warisan tradisi local dan kebudayaan Indonesia yang setara akan membangun keindonesiaan yang lebih tangguh menghadapi tantangan dalam menggapai masa depan yang bermartabat. Interaksi dan pewarisan budaya tradisi memerlukan ruang khusus di semua bentuk media (khususnya televise budaya) yang actual dalam kehidupan masyarakat.
3. Diplomasi Budaya
Kebudayaan Indonesia telah memasuki lingkup dunia internasional tanpa batas Hal ini menuntut adanya kemampuan untuk mengembangkan diplomasi dalam bidang kebudayaan, baik ke dalam maupun keluar dengan cara yang lebih strategis, sistematis, dan terencana. Sehubungan dengan hal itu, diperlukan peran semua pihak yang lebih aktif, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
4. Pengelolaan Budaya
Kebudayaan tidak perlu dikelola dari luar, karena pada dasarnya kebudayaan dapat mengelola dirinya sendiri. Pengeloaan baru diperlukan dalam hubungannya dengan pembentukan keindonesiaan sesuai dengan semangat zaman.
5. Sumberdaya Kebudayaan
Indonesia memiliki sumberdaya kebudayaan ,baik tangible maupun intangible yang sangat beragam. Pada masa kini dan di masa depan kebudayaan akan sangat dipengarui oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi muda sebagai pemangku kebudayaan di masa depan dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan keragaman sumberdaya kebudayaan untuk pembentukan keindonesiaan.
REKOMENDASI
1. Menciptakan kehidupan demokrasi yang berwawasan budaya melalui pengungkapan kearifan lokal yang relevan.
2. Pendidikan baik formal maupun non formal harus lebih mampu berperan dalam pewarisan kebudayaan Indonesia dengan memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana.
3. Menyusun Grand Design Diplomasi Kebudayaan yang dapat menciptakan keindonesiaan yang unggul dan kompetitf.
4. Menciptakan sistem pengelolaan kebudayan yang terencana, terintegrasi, dan terkoordinasi serta menguatkan peran segenap pemangku kebudayaan.
5. Menyiapkan generasi muda yang mampu menjadikan sumber daya kebudayaan untuk pembentukan keindonesiaan yang bermartabat dan mengembangkan sumberdaya kebudayaan secara berkelanjutan.
Yogyakarta, 10 Oktober 2013
Tim Perumus:
1. Mukhlis PaEni (Ketua)
2. Nunus Supardi
3. Pudentia MPSS
4. Heddy Shri Ahimsa Putra
5. Susanto Zuhdi
6. DendySugono
7. Jabatin Bangun
8. Anhar Gonggong
9. Luluk Sumiarso
10. EkaBudianta
11. Gufron Ibrahim
Tuesday, September 10, 2013
HINDARI KESALAHAN DALAM PENULISAN PENELITIAN
Dalam menempuh berbagai jenjang
studi, penelitian atau riset seolah telah menjadi kewajiban. Skripsi, tesis
atau desertasi adalah beberapa bentuk riset pada jenjang pendidikan tinggi.
Namun, bagi sebagian orang, penyusunan riset ini terkadang menjadi permasalahan
tersendiri sehingga terkesan sukar dikerjakan.
Beberapa
hambatannya adalah kesulitan menentukan judul atau topik, memilih metoda dan
teori yang sesuai, maupun menemui beberapa hambatan di lapangan. Hal-hal ini
terkadang sepele, nyatanya, tidak sedikitnkelulusan studi yang tertunda karena
riset tak dijalankan hingga tuntas.
Untuk
menciptakan sebuah riset yang baik, awalnya adalah proposal yang juga baik dan
berkualitas. Daya tarik proposal penelitian akan terlihat dari judul, abstrak,
hipotesis, latar belakang penelitian, penelitian sebelumnya yang relevan,
populasi dan sampel, kesesuaian metoda, rencana analisis data, jadwal
pelaksanaan penelitian, serta pemaparan yang runtut dan rapi. Bila proposal tak
dianggap menarik atau tidak layak dijadikan riset, bisa jadi proposal anda akan
ditolak.
Akan tetapi,
begitu proposal lolos, tidak berarti penelitian bebas hambatan. Ada sejumlah
kesalahan yang tanpa sadar dilakukan oleh para peneliti dalam penyusunan riset.
Untuk menyusun penelitian yang baik, sebaiknya anda hindari kesalahan-kesalahan
yang sering ditemukan dalam beberapa bagian berikut ini.
Sistematika
penelitian
Pola pemikiran yang berlandaskan pada logika merupakan
komponen yang esensial dalam penyusunan riset. Ini tertuang dalam bentuk
sistematika penelitian. Jika tidak disusun secara runtut bisa jadi kesimpulan
penelitian menjadi kurang tepat karena penerapan alur pemikiran tidak sesuai
dengan pemecahan persoalan. Bahkan ada kemungkinan kualitas hasil riset
dipertanyakan karena gambaran keseluruhan penelitian tidak terpola dengan rapi
atau kacau balau.
Teori dan metoda
penelitian
Setelah mendapatkan obyek yang
akan diteliti dan merumuskan masalah. Anda perlu menemukan dasar teori yang
tepat dan metoda yang sesuai. Anda perlu mengetahui secara pasti karakteristik
obyek yang akan diteliti dan perspektif yang digunakan dalam riset. Ini akan
membantu anda menemukan teori dan metoda yang paling tepat. Jika metoda kurang
tepat. Anda bisa mendapatkan kesulitan saat menjalankan riset di lapangan.
Teori yang salah juga menyebabkan hasil penelitian tak relevan dengan
permasalahan yang sebenarnya di cari.
Kesimpulan
Bagian ini
merupakan inti dan hasil dari keseluruhan riset. Melalui kesimpulan, akan terlihat
seberapa besar manfaat riset anda. Tanpa hasil yang pasti, riset anda akan di
pandang percuma. Kesimpulan yang salah bisa menjatuhkan riset anda. Oleh karena
itu, cermatilah seluruh proses riset yang telah anda lakukan sebelum
menyimpulkan hasil penelitian.
Kutipan
Penulisan
kutipan memang penting. Perlu diingat, kutipan bukanlah plagiat. Anda perlu
mencantumkan hasil kutipan beserta sumber kutipan. Misalnya, kutipan dari
narasumber dengan mencantumkan nama narasumber dan kutipan dari buku dengan menyebutkan
informasi buku. Setelah mengutip, anda pun jangan menerima mentah-mentah hasil
kutipan, tetapi telaahlah secara mendalam sehingga sesuai dengan riset yang
dijalankan.
Daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka memiliki
aturan tersendiri. Selain judul buku, anda perlu menyantumkan nama penulis,
penerbit, tahun penerbitan dan halaman yang dikutip. Bila sumber data dari
internet pastikan situs yang anda cantumkan merupakan situs yang kredibel dan
dapat dipertanggungjawabkan keabsahan data-datanya.
Tata bahasa dan
penulisan
Tata bahasa
sepertinya bukan masalah besar, namun tak sedikit dosen yang mengeluhkan bahwa
penulisan kalimat dalam riset mahasiswa sering kali membingunkan sehingga
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. (MIL)
Sumber : Kompas 9 Oktober 2012 halaman 38
Monday, September 2, 2013
Thursday, July 4, 2013
Hasil Kajian Pendidikan Seni dan Budaya Tahun 2012
Gambar diambil dari:
belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com
Fiksasi Bahan Alam dari Buah Markisa dan Jeruk Nipis dalam
Proses Pewarnaan Batik Dengan Zat Warna Indigosol
Ir. Sri Herlina, M.Si
Penerapan Konservasi Energi Listrik di PPPPTK Seni dan
Budaya Yogyakarta
Widayati Indarsih, M.Si
Kegiatan Festival Seni Internasional di PPPPTK Seni dan
Budaya: Sebuah Analisis Wacana
Digna Syamsiar, S.Pd
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bengkel Kerja Mesin
Studio Kriya Kayu, di PPPPTK-SB Yogyakarta
Drs. M. Lazim, MM
Pengembangan Peraga Pembelajaran Diklat Seni Budaya dan
Keterampilan dari Bahan Kertas Bekas
Drs. M. Fajar Prasudi, M.Sn
Pengaruh Pencarian Informasi di Internet Pada Persepsi
Pustaka Maya di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
Sri Endang Yektiningsih, SIP
Teknik Pengolahan Tulang Sapi Sebagai Komoditas Produk
Kerajinan
Dwi Yunanto, M.Pd
Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Karyawan di PPPPTK Seni dan Budaya Sleman Yogyakarta
Eni Setyawati, S.Psi
Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Seni Tari
Dra. Gusyanti, M.Pd
Teknik Pembuatan Gamelan Digital Menggunakan FL Studio 9 untuk Iringan Tari
Urip
Wahyono, S.Sn
Wednesday, July 3, 2013
Tip MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN DI DALAM KELAS ANDA
Gambar di ambil dari:
http://web.tech4learning.com/Portals/20904/images/42-17760391-resized-600.jpg
Bagaimana Melakukan Penelitian Tindakan di Dalam Kelas Anda?
Gambar di ambil dari:
http://teachersnetwork.org/tnli/Action_Research_Booklet.pdf halaman 3
Apa Penelitian Tindakan itu?
Mengambil Tindakan: untuk memperbaiki pengajaran dan pembelajaran dan penelitian secara sistimatik dari tindakan dan segala konsekwensinya.
Model Rancangan dan Melakukan Penelitian Tindakan oleh praktisi yang menganalisis data dari tempat kerja mereka untuk meningkatkan praksis mereka sendiri.
Pertanyaan lanjutan : Apa Penelitian Tindakan Itu?
Jenis penelitian terapan di mana peneliti secara aktif terlibat di jalan yang penelitian dilakukan.
Cocok dalam tradisi kaya penelitian kualitatif yang telah muncul dari bidang antropologi, sosiologi, dan etnografi.
Sumber Referensi:
http://teachersnetwork.org/tnli/Action_Research_Booklet.pdf...di ambil tanggal 4 Juli 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)